Selasa, 26 Februari 2013

Cinta Sejati

Kunjungan wajib ke rumah nenek dan datuk ( kakek dalam bahasa Lampung ) saya kemarin memberikan pemahaman baru bagi saya. Sebenarnya bukan suatu hal yang baru, namun otak dan kepala saya yang keras ini susah sekali menerima teori-teori yang belum saya lihat sendiri pembuktiannya. Dan kemarin ketika saya sedang mengukur tekanan darah nenek dan datuk saya, mengecek hasil periksa laboratorium mereka, mengecek obat-obat mereka saya tersadar bahwa di depan saya sedang disuguhkan oleh Tuhan sebuah contoh cinta sejati.

Jelas buka cinta sejati ala Shakespeare, ini cinta sejati yang sebenarnya. Hidup dan menua bersama. Hal ini juga menambah pemahaman baru bagi saya. Bahwa benar orang tua bijak bilang bahwa, tak usahlah kau memilih pasangan hidup karena hal-hal dunawi.

Oh ya benar, orang tua kita tak salah, mengapa kita tidak boleh mengutamakan standar-standar dunia dalam memilih pasangan hidup, karena waktu dengan kejam secara perlahan-lahan tanpa ampun akan mengambil semua standar itu.

Misalnya saja kau bilang kau suka pasanganmu karena ia tampan. Oh, dear. Di usia 60an semua kakek nenek sama saja. Susah membedakan mana yang tampan atau tidak. Atau kau bilang kau pilih pasanganmu karena dia kulitnya yang putih, aww, di usia senja hormone akan membuat kulitmu yang putih berbintik-bintik hitam.

Atau kau bilang kau pilih pasanganmu karena dia pintar. Aih, kecerdasannya jelas sudah tidak 100% lagi ketika usianya menginjak 50. Mungkin tinggal 20% belum lagi pikun yang biasa menyergap. Atau mungkin jika tidak pikun, mata dan telinga tidak setajam dahulu, sehingga kecerdasannya jelas berkurang.

Bukannya tidak boleh memilih pasangan dengan alasan di atas, tentu dibolehkan. Rasul saja bilang boleh kok. Hanya saja jangan digunakan sebagai pertimbangan utama. Carilah ia yang hatinya baik, setia, menyenangkan. Siapa yang tidak bahagia menua bersama orang seperti ini. Seperti nenek dan kakek-kakek kita yang masih hidup bersama sampai tua.

P.S : I am talking to myself actually.

Minggu, 17 Februari 2013

Modernisasi dan menerbitkan buku


Kemajuan teknologi, globalisasi atau apapun namanya membawa banyak kontribusi dalam kehidupan kita, baik yang buruk maupun yang baik. Saya tidak sedang membahas tentang semua efek sampingnya ko. Saya cuma sedang melihat efeknya ( entah baik atau buruk ) terhadap dunia penerbitan buku.

Modernisasi membuat menerbitkan buku tidaklah sekompetitif dahulu. Semua orang bisa menerbitkan buku. Penerbit-penerbit kecil menyebar secara sporadic  dan bahkan sekarang kita bisa menerbitkan buku secara pribadi dengan online.

Bukannya saya tidak senang dengan kenyataan ini. Ini adalah fakta yang baik, semua orang bisa berekspresi, semua orang bisa menyalurkan kreativitasnya. Tapi seperti yang saya katakan tadi, ada fakta lain, yaitu menerbitkan buku sendiri menjadi jauh lebih mudah. Tidak ada kompetisi. Tidak ada kesulitan berkali-kali ditolak penerbit. Tidak ada kesulitan belajar mencari formula menulis yang bagus. Dan ini berarti semua buku, jelek maupun bagus ada di mana-mana. Waktu saya SD, ketika zaman belum semodern ini, kompetisi dalam penerbitan buku menghasilkan buku-buku berkualitas di pasaran. Yah, kita memang tidak bisa menolak efek dari kemajuan teknologi ini sih.

Tapi hal baiknya, dengan mudahnya menerbitkan buku bagus maupun jelek, modernisasi juga memberikan kesempatan belajar kepada para books addict untuk lebih selektif lagi dalam memilih bacaan. 

Sabtu, 16 Februari 2013

THE WORST MONTH EVER.

This is the worst month ever. February is never be this aargh! I’m telling you about my health. Tapi ini tidak lebih buruk dibanding tahun lalu ketika terkena diare akut di rumah sakit.

Jadi setelah kesulitan tidur setiap malam. Memulai tidur dengan rasa sedih dan bangun dengan rasa sedih. Kehilangan nafsu makan. Kehilangan berat badan dan mendapat tamu bulanan, saya menderita hipotensi, anemia dan insomnia. Lalu I took a pain killer dan sebuah obat yang namanya tak bisa disebut.

Sehari minum obat saya merasa tambah parah, hari kedua saya melayang. Yes, not literally melayang sih, tapi merasa melayang. Lalu dengan kemampuan tante google ( saya pikir mungkin saja google feminim dan sama sekali tidak maskulin seperti yang selama ini orang pikir ) saya mencari obat tersebut dan efek sampingnya.

Tertulis
Efek samping : aritmia, bradikardi, takikardi.

I almost died.

Artinya ( arti tulisan efek samping ya, bukan arti I almost died ) :
Efek samping : irama jantung tidak teratur, irama jantung lebih lambat, irama jantung lebih cepat.

So you know what’s the conclusion?
Oke, if you don’t know I’ll tell you again.
Saya sedang hipotensi dan anemia dan insomnia yang berarti denyut jantung saya sedang lambat, lalu saya minum obat yang melambatkan denyut jantung  juga. Jadi saya merasa melayang. I almost died, died, died ( efek echo biar terdengar dramatis )

And my weird family gave the weird solutions.
My mama : minum susu beruang nak.
Me ( dalam pikiran ) : Oh ya. Susu beruang adalah pilihan terakhir mama.

My sister : Minum jus jambu biar trombositnya naik.
Me ( secara frontal ) : ANEMIA SAMA DBD ITU BEDAA!

My papa : minum susu irham tuh ( irham is my two years old cousin )
Me ( dalam pikiran ) : You, kidding me daddy dudy.

 I need a help, anyone?
*does it sound so desperate?*

Kamis, 07 Februari 2013

Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin

Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci AnginDaun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin by Tere Liye

My rating: 4 of 5 stars


Tere Liye selalu membuat saya merenung tentang kehidupan setiap kali membaca bukunya. Bukunya selalu menyampaikan filosofi hidup yang dalam. Kali ini Tere Liye menyampaikan sesuatu tentang cinta.

Daun yang jatuh tidak pernah membenci angin menceritakan tentang, well, menurut saya cinta terlarang, secara sosial. Danar, malaikat penolong Tania, ibunya dan adiknya. Danar lah yang mengangkat kehidupan Tania, membawanya dari rumah kardus di pinggir jalan, hingga menyekolahkan Tania di Singapura. Siapa sangka Danar yang sudah berusia 20an itu menyukai Tania yang belum genap 10 tahun. Mereka saling memendam cinta hingga akhirnya mereka saling mengetahui perasaan masing-masing ketika semuanya sudah terlalu terlambat.


Jalan ceritanya mengalir, bahasanya enak, ceritanya sangat masuk akal, tokoh-tokohnya juga sangat manusiawi ( I mean, beberapa novel ada tokoh yang sangat sempurna, tapi tidak begitu dengan novel ini ) tapi yah saya justru kurang suka dengan tokoh utamanya, Tania.



View all my reviews

Minggu, 03 Februari 2013

Honeymoon with my brother

Honeymoon with My Brother: A MemoirHoneymoon with My Brother: A Memoir by Franz Wisner

My rating: 3 of 5 stars


Baca bab pertama saya pengin nangis.
bukan karena sedih, tapi karena jauh dari expektasi.
Saya sampe bilang ke diri saya sendiri-- Tuh, makanya don't judge book by its cover. Rasain deh. Rugi kan--

Karena sayang kalau gak dibaca terpaksa saya baca. dan ternyata gak jelek-jelak amat. Saya suka tempat baru. Saya suka travelling. Dan buku ini punya semuanya. Lupakan sejenak tulisan-tulisan bagus, fokus pada travelling. :D

Armenia, Russia, Thailand, Vietnam, Suriah jadi destinasi yang rasanya juga wajib dikunjungi, seperti penulis.



View all my reviews

Sunshine Becomes You

Sunshine Becomes YouSunshine Becomes You by Ilana Tan

My rating: 2 of 5 stars


Berawal dari kehebohan tentang buku ini di twitter tahun lalu membuat saya sangat penasaran dengan buku ini. Setiap kali ke toko buku bersama adik saya dan saya bilang saya mau beli buku itu, adik saya lalu menatap saya dengan tatapan,"Gak ada yang lebih bagus apa bukunya.", sehingga saya menunda untuk membelinya. Tapi setelah beberapa kali menatap nanar buku itu, akhirnya saya bisa juga membacanya. :D

Sinopsisnya bagus. Covernya bagus. Judulnya bagus. Ada tulisan best sellernya lagi.

Ternyata.

Ceritanya mirip sinetron. Terlalu biasa.

Hal baik dari buku ini hanya ceritanya mengalir dan hati-hati. Tidak ada bagian yang kurang penting, dan karena saya punya seorang teman yang menderita penyakit yang sama dengan Mia, saya ikutan sedih waktu Mianya meninggal.

that's all.



View all my reviews

Mawar Merah ( trilogi )

Mawar Merah : MetamorfosisMawar Merah : Metamorfosis by Luna Torashyngu

My rating: 1 of 5 stars


saya baca buku pertamanya beberapa tahun yang lalu dan dalam ingatan saya buku pertamanya bagus dan seru. tapi ketika saya membaca buku kedua dan ketiganya saya sangat kecewa. Ceritanya kayak kebanyakan novel remaja biasanya. Terlalu berbelit-belit dan terlalu banyak hal yang gak logis dan maksa.

Dialognya gak mengalir, deskripsinya kurang. Semua deskrpisi, deskripsi tempat, deskripsi perasaan tokoh. Yang paling bikin saya geleng-geleng kepala adalah ketika orang tua Riva meninggal, penjelasan tentang kesedihan dia cuma digambarkan dalam satu atau dua kalimat. Kemudian dalam sekejap dia bisa tiba-tiba merasa agak-agak suka sama Kenji. Saya gak berharap ini novel akan jadi novel yang sedih-sedih sih, tapi kurang pas aja. Saya pikir novel ini akan jadi novel sci-fic, tapi ternyata tidak.

Tapi yang saya suka cara penulis memakai sudut pandang. Sudut pandang orang ketiga serba tahunya, membuat kita menebak-nebak -ini lagi nyeritain siapa ya-.



View all my reviews

Skripzi Krezi

Skripzi KreziSkripzi Krezi by WeAreVictims

My rating: 2 of 5 stars


Buku ini bercerita tentang lika-liku pembuatan skripsi dua orang mahasiswa farmasi sebuah perguruan tinggi di Bandung. Dengan pembimbing yang weird, mereka mengalami banyak kejadian-kejadian tak terduga.

Sebenarnya mau ngasih bintang 1 buat buku ini, karena sebenarnya saya kurang suka sama bukunya. Saya gak dapet lucunya, serunya juga gak dapet soalnya saya bukan anak farmasi jadi gak kebayang. tapi karena buku ini memberikan banyak sekali informasi tentang kuliah di farmasi, saya tambah 1 bintangnya. :D





View all my reviews

 
Blog Design By Use Your Imagination Designs With Pictures from Pinkparis1233
Use Your Imagination Designs