Kamis, 09 Februari 2012

Dataran Tortilla




Judul buku : Dataran Tortilla
Judul asli : Tortilla Flat (1935)
Penulis : John Steinbeck
Penerjemah: Djokolelono
Penerbit: Pustaka Jaya (Cetakan kedua, Februari 2009)
Tebal: 265 halaman


Buku ini bercerita tentang persahabatan Danny dan teman-temannya yang tinggal di Tortila Flat ( dataran Tortila ), sebuah daerah nelayan miskin di kota Monterey Kalifornia, yang mayoritas penduduknya adalah kaum paisanos. Paisanos adalah rakyat jelata yang berdarah campuran Spanyol, Indian, Meksiko, dan Kaukasia. Danny seorang petualang yang disukai semua penduduk dataran Tortila meskipun ia tidak memiliki keistimewaan khusus. Danny lebih suka tinggal di hutan dan bekerja keras di peternakan meskipun kakeknya adalah orang penting di Tortila yang memiliki dua buah rumah.



Persahabatan Danny, Pilon, Joe Portugis, Jesus Maria, Pablo, dan Bajak Laut dimulai ketika Viejo ( kakek ) Danny meninggal dunia dan mewariskan rumahnya kepada Danny. Danny lalu dengan kemurahan hatinya ‘menyewakan’ tanpa meminta uang sewa kepada teman-temannya. Bahkan ketika teman-temannya secara tidak sengaja membakar rumahnya, alih-alih meminta ganti rugi Danny justru mengajak teman-temannya untuk tinggal bersamanya.



Mereka hidup bersenang-senang, melakukan pencurian, menolong orang lain dan begitu seterusnya. Siklus hidup yang monoton membuat Danny bosan dan kabur dari rumahnya sendiri dan mulai mengganggu masyarakat. Sahabat-sahabatnya yang merasa kehilangan dengan susah payah membujuknya untuk kembali hingga sebuah tragedi membuat Danny menemui ajalnya. Kematian Danny membuat persahabatan mereka hancur, dan mereka memilih jalan hidup masing-masing.



Secara umum kisah ini menawarkan ide cerita yang sangat menarik, tentang persahabatan yang dilihat dari sudut pandang yang berbeda. Jika selama ini kita disuguhkan tentang persahabatan orang-orang baik, buku ini sebaliknya, dengan berbeda menceritakan tentang persahabatan rakyat jelata, petualang miskin dan pemabuk liar yang tetap dapat bersenang-senang dengan segala keterbatasan mereka. Konflik-konflik yang diberikan juga cukup menarik, seperti bagaimana mereka berkelahi berebut sebotol anggur atau bagaimana mereka melakukan kejahatan untuk menolong orang lain membuat kita diberi gambaran persahabatan dari sudut pandang yang tidak umum.


Plot dalam cerita ini terlalu datar. Dengan alur maju, konflik yang disajikan dalam buku ini terlalu kering. Pembaca akan menemukan bahwa dalam ¾ bagian buku ini tidak ada konflik yang berarti. Konflik hanya berkutat tentang bagaimana mereka mencari uang untuk mencoba membayar uang sewa kepada Danny lalu diteruskan dengan konflik internal dalam diri mereka sendiri yang ingin memberikan Danny uang sewa atau membeli anggur, yang dengan sangat mudah ditebak konflik itu dimenangkan oleh keinginan pribadi untuk membeli anggur. Hanya pada bab-bab terakhir konflik mencapai klimaks. Namun sayangnya penulis terlalu cepat menyelesaikan masalah klimaks tersebut sehingga pembaca tidak merasakan klimaksnya dengan baik.


Penokohan secara implisit membuat pembaca kebingungan dengan sifat setiap tokoh pada awal-awal cerita. Ditambah lagi dengan banyaknya tokoh yang memiliki peran penting. Penulis juga terkadang dengan tiba-tiba mengganti nama tokoh-tokoh dengan julukan seperti Joe Portugis yang kemudian dipanggil dengan sebutan “Big Joe”. Hal ini membuat pembaca harus sedikit lebih teliti mengingat para tokoh dan sifatnya.


Dalam beberapa percakapan penulis memasukkan bahasa daerah setempat ( yang sepertinya Bahasa Spanyol ). Seperti pada halaman 13, - Danny menjerit,”Pon un condo a la cabeza.”- . Namun sangat disayangkan penulis ( atau mungkin seharusnya penerjemah ) tidak memberi tambahan arti pada kalimat-kalimat tersebut.


Kekuatan yang menonjol dalam buku ini adalah penggambaran latar belakang tempat Dataran Tortila dengan sangat baik. Tidak hanya detail indah pemandangan bukit-bukit di Monterey disampaikan dengan baik, tapi juga deskripsi kumuhnya daerah miskin Tortilla.


Penulis memasukkan unsur-unsur freesex khas liarnya kehidupan jalanan dengan sangat sopan, sehingga pembaca tidak akan merasa terlalu vulgar pada bagian cerita tersebut.


Amanat yang disampaikan dalam cerita ini sangatlah halus. Tokoh utama dan sahabat-sahabatnya adalah seorang humanis sejati. Mereka melakukan apa saja untuk membantu orang lain. Beberapa bagian sangat menyentuh seperti ketika mereka mencuri di rumah penduduk untuk menolong Teresina, seorang perempuan tanpa suami, dengan sembilan bayi. Atau ketika mereka membantu Bajak Laut mengumpulkan uang untuk membayar nazarnya ke gereja.


Dengan penyampaian khas sebuah legenda buku ini cukup layak dibaca. Alur cerita yang mengalir dan kritik sosial yang disampaikan penulis sangat tepat bagi para pembaca yang berjiwa petualang dan humanis.


P.S : Buku ini kabarnya buku favorit Ahmad Tohari ( FYI : sastrawan Indonesia )jadi saya minta maaf banget sama pendukung militan beliau kalau ada yang tidak berkenan. Review ini sangat subjektif sekali meskipun saya berusaha seobjektif mungkin. :)

A big thanks to mbak oky atas bukunya. :)

2 komentar:

Oky mengatakan...

Nice review as always. Makasih ya uda di review bukunya. Walau ceritanya datar (mungkin karena cerita klasik/his-fic, kebanyakan narasi) tapi semoga oca masih menikmati kesempatan membaca buku dari Pustaka Jaya :D

occacaca mengatakan...

cukup bagus ko mbak bukunyaa.. ;)
its an honour to be a participant of your contest mbak okyy.. :)

Posting Komentar

 
Blog Design By Use Your Imagination Designs With Pictures from Pinkparis1233
Use Your Imagination Designs