“There are much worse games to play.” – Katniss Everdeen

Saya kurang setuju jika buku ini dikategorikan sebagai buku
science fiction, buku ini lebih tepat disebut sebagai buku thriller. Yes,
Suzanne Collins sengaja membuat sedetail mungkin ceritanya sehingga buku ini
terasa sangat thriller. Kejam.
Jika kedua buku sebelumnya bercerita tentang bagaimana
Katniss Everdeen berusaha hidup dalam setiap Hunger Games, di buku ini Katniss setuju
untuk memberontak, untuk merevolusi negaranya, negara yang dengan konyol
menciptakan penderitaan di 12 distrik, negara yang membuatnya kehilangan
ayahnya, negara yang mengambil ibunya secara mental, negara yang membuat nama
Primrose, adik Katniss, muncul dalam hari pemungutan Hunger Games, dan negara yang
dengan kejamnya membuat para pemenang Hunger Games harus ikut Hunger Games
kembali dalam Quarter Quell.
Suzanne Collins menciptakan negara penuh teknologi ketika
mendeskripsikan distrik 13, distrik yang dihancurkan oleh Capitol karena
melakukan pemberontakan bertahun-tahun yang lalu, yang kemudian dibangun
kembali di bawah tanah dan tetap bertahan dengan rencana menghancurkan Capitol
dan Presiden Snow.
Menurut saya Collins tetap membuat cerita ini terlihat logis
dengan membuat Katniss yang masih berusia 17 tahun tidak ikut berperan langsung
dalam perang pemberontakan, tapi hanya sebagai mockingjay ( a symbol of the
rebellion against Capitol ). Namun tetap saja pada akhirnya Katniss pun ikut
berperang ketika keadaan terdesak.
Buku ini membuat saya sebagai pembaca lebih mengenal sosok
Prim, adik Katniss. Jika di buku sebelumnya Prim terlihat sebagi anak perempuan
kecil tak berdaya, pada seri ini Prim menjadi lebih dewasa. Prim menuruni semua
gen baik ayahnya, ibunya dan Katniss.
Lalu pada buku inilah kita bisa tau siapa yang dipilih
Katniss, Gale Hawthorne yang mempesona atau Peeta Mellark yang penyayang. Secara
subjektif, saya pribadi sudah jatuh cinta pada Gale, tapi Katniss benar. Katniss
melakukan hal yang tepat. –Bahwa yang kubutuhkan untuk bertahan hidup bukanlah
api Gale, yang dikobarkan oleh kemarahan dan kebencian. Aku sendiri punya
banyak api. Yang kubutuhkan adalah bunga dandelion pada musim semi. Dan hanya
Peeta yang bisa memberiku semua itu— (Mockingjay : 419 )
Saya sudah menduga bahwa presiden Coin, presiden distrik 13,
tidak akan pernah bisa memimpin Panem yang baru, jadi saya tidak kaget ketika Katniss
membunuh Coin alih-alih Snow. Namun kematian presiden Snow terlalu datar dan
keruntuhan Capitol juga terlalu mudah, adalah salah satu hal yang membuat cerita ini
menjadi sangat antiklimaks.
Lalu satu hal lagi yang membuat saya terganggu ketika
membaca buku ini, bahasanya. Saya tidak mambaca edisi aslinya, namun edisi Indonesianya
terlalu, umm, meloncat-loncat istilah saya. Seakan-akan Collins teburu-buru
menceritakan semua kejadiannya dengan terlalu bersemangat. Alhasil setiap paragraph
tak ada deskripsi kurang penting, membuatnya well menurut saya terlalu padat.
:D